Raumanen

Judul                       : Raumanen
Pengarang             : Marianne Katoppo
Penerbit                 : Gaya Favorit Press
Tahun Terbit          : 1977
Jumlah Halaman  : 95 Halaman

Novel “Raumanen” mengisahkan kehidupan kaum muda yang sarat dengan nilai-nilai moral penting untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Tokoh utama dalam novel ini adalah Raumanen, yang berarti “gadis pemberi kuncup”. Ia digambarkan sebagai seorang gadis asal Manado, mahasiswi hukum yang cerdas, luwes dalam pergaulan, aktif berorganisasi, ceria, taat pada ajaran agama, serta memiliki prinsip hidup yang kuat. Tokoh lainnya adalah Monang, seorang arsitek asal Batak yang dikenal mudah menarik perhatian para gadis.

Cerita bermula ketika Monang jatuh hati kepada Raumanen. Namun, teman-teman Raumanen yang mengetahui sifat dan latar belakang Monang berusaha mencegah hubungan tersebut. Meski terkenal sebagai seorang playboy, kali ini Monang benar-benar mencintai Raumanen. Sayangnya, orang tua Monang yang berpegang teguh pada adat Batak memaksanya menikah dengan gadis sebangsa.

Konflik semakin tajam ketika Raumanen menyadari dirinya hamil anak Monang, padahal kondisinya sangat berisiko untuk hamil. Lebih tragis lagi, ia tertular penyakit sifilis akibat gaya hidup bebas Monang. Kenyataan bahwa Monang tidak dapat menikahinya dan bahkan menyarankan agar kandungan digugurkan karena janin telah terinfeksi, membuat Raumanen semakin terpojok. Pergolakan batin yang dialaminya semakin berat ketika ia menyadari Monang lebih memilih mengikuti kehendak orang tua daripada memperjuangkan cintanya. Ia juga diliputi rasa bersalah karena merasa telah melanggar 10 Perintah Allah. Dalam keputusasaan yang mendalam, Raumanen akhirnya memilih mengakhiri hidupnya sebagai jalan keluar dari segala kemelut.

Kisah ini disajikan dengan alur flashback, di mana bab pertama menggambarkan rumah peristirahatan terakhir Raumanen. Cerita kemudian ditutup dengan Monang yang penuh penyesalan selalu datang menaburkan bunga di pusaranya. Alur tersebut menambah kedalaman emosi pembaca sekaligus menegaskan betapa pilu akhir perjalanan hidup Raumanen.

Karya ini menampilkan sisi kelam kehidupan yang mengajak pembaca untuk merenungkan kembali nilai-nilai moral yang telah ditanamkan Tuhan dalam hati nurani, serta dikuatkan melalui hukum-Nya dalam 10 Perintah Allah. Pesan yang kuat tersampaikan bahwa manusia perlu melepaskan sikap egois, karena keterikatan buta pada adat justru dapat menghancurkan kehidupan orang lain maupun masyarakat.

Dari kisah ini, nilai dasar Serviam yang dapat dipetik adalah pentingnya selalu memegang cinta, belas kasih, dan totalitas dalam hidup. Nasihat Santa Angela yang relevan untuk direnungkan juga tampak jelas dalam kisah ini: “Hendaknya mereka dari sekarang menolak secara total semua cinta terhadap dunia yang berdosa dan menjerumuskan dimana tiada damai atau kepuasan yang sejati,

tapi hanya impian hampa, kepahitan dan segala macam kesusahan serta kebusukan. Peringatkan mereka supaya berkelakuan baik di rumah, berakal budi sehat, bijaksana dan rendah hati dan bersikap sopan dan sederhana dalam segala hal (Nasehat Santa Angela 5, art. 4-7).”

Penulis: Maria Kristina W., S.Pd,, Guru SMP Santa Maria Surabaya