Chicken Soup for the Woman's Soul

Judul                      : Chicken Soup for the Woman’s Soul:
                                  77 Kisah untuk Membuka Hati dan Mengobarkan Kembali Semangat Wanita
Pengarang            : Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Head Howthorne, & Marci Shimoff
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit         : 1997
Jumlah Halaman : 332 Halaman

“Chicken Soup for the Woman’s Soul” adalah sebuah buku yang berisi kisah-kisah nyata yang menginspirasi, menguatkan, sekaligus mengajak pembaca untuk merefleksikan pengalaman hidup serta membangkitkan kembali semangat perempuan. Buku ini memuat 77 kisah yang menggambarkan bagaimana wanita menangis, tertawa, serta memperoleh pandangan hidup yang berharga. Setiap kisah disajikan dengan menyentuh perasaan, tetapi tetap logis dan relevan dengan kehidupan nyata.

Salah satu kisah yang berkesan bagi saya adalah “Menyerahkan Hadiah Kehidupan”. Kisah ini menceritakan seorang ibu yang harus berpisah dengan bayi yang baru dilahirkannya karena suatu kondisi tertentu yang tidak dijelaskan secara detail. Sang ibu berharap bayinya dapat membuka mata dan melihat ke arahnya. Dengan penuh kasih, ia berkata: “Anakku, kesayanganku, malaikatku yang dikirim dari surga … .” Ia melanjutkan dengan kalimat perpisahan yang menyayat hati: “Inilah saat terakhir kita bersama. Saat aku merengkuhmu agar dekat padaku dan merasakan tubuhmu yang kecil, hangat di tubuhku. Dalam beberapa menit, mereka akan datang dan mengambilmu dariku.”

Paragraf demi paragraf dalam kisah ini mengisahkan detik-detik berat seorang ibu yang harus merelakan bayinya demi kehidupan yang lebih baik. Pengorbanan seorang ibu sungguh tak ternilai bagi anaknya. Kasih seorang ibu begitu besar: ia rela disakiti demi kebahagiaan anak, rela merelakan meski harus menanggung tangis di hari-harinya, dan tetap tersenyum meski hatinya perih.

Hari itu pun tiba. Bayi mungil tersebut dijemput oleh pasangan yang akan membesarkannya, ditemani seorang perawat. Sang ibu, dengan penuh cinta, memanfaatkan setiap detik untuk memandangi dan mengusap wajah anaknya yang masih memar karena proses kelahiran. Dengan hati berdebar, ia hanya bisa berharap dan berdoa, sambil berbisik dalam hati: “Ingatlah, anakku, hati kita selalu terpaut. Sebagian hatiku akan bersamamu untuk selamanya. Aku mencintaimu, aku menyayangimu.”

Kisah ini mengajak saya untuk merefleksikan peran sebagai seorang ibu, bukan hanya sebagai ibu bagi anak kandung, tetapi juga sebagai ibu bagi murid-murid dan bagi rekan di tempat saya berkarya. Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah, sebab diperlukan hati yang luas, kesabaran yang besar, serta kasih yang mendalam. Membaca kisah ini menginspirasi saya untuk melihat setiap “anak” sebagai pribadi yang unik dengan kebutuhan yang berbeda, yang hanya dapat dipenuhi apabila saya sungguh berusaha mengenal mereka secara pribadi. Untuk itu, diperlukan kerendahan hati serta keterbukaan untuk mendengarkan dengan hati.

Refleksi ini dikuatkan dengan nasihat St. Angela: “Hendaknya seorang ibu mengenangkan masing-masing pribadi siang dan malam, tidak hanya tentang nama mereka, melainkan juga tentang seluk beluk mengenai mereka. Hal itu tidak akan sulit, karena demikianlah kerjanya cinta sejati.”

Penulis: Martha Sawitri Handayani, S.Pd., KSP SMP Santa Maria Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Out

Popular Posts

Fiksi

ANAK SEMUA BANGSA

Anak Semua Bangsa Judul                         : Anak Semua BangsaPenulis   

Read More »
Fiksi

86

86 Judul                   : 86Penulis               : Okky

Read More »