
Memberi, Menerima, dan Meminta Maaf
Memberi, Menerima, dan Meminta Maaf Judul Buku : Kekuatan MaafPengarang
Judul : Ini Dia Si Paling Badung
Pengarang : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2023 (cetakan ketiga puluh lima)
Jumlah Halaman : 418 Halaman

Saat mulai membaca mozaik (bab) pertama yang berjudul “Pesan dari Masa Silam”, hingga mozaik kelima berjudul “Man Jadda Wajada” dari novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, pembaca sejenak akan terbawa pada ingatan masa lalu ketika membaca novel-novel karya Ahmad Tohari dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, yang meliputi tiga judul: Jentera Bianglala, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Ronggeng Dukuh Paruk; serta karya Andrea Hirata dalam Tetralogi Laskar Pelangi, yang terdiri atas empat novel berjudul Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Seluruh karya tersebut, termasuk Negeri 5 Menara, sama-sama sarat dengan refleksi sosial, budaya, dan politik masyarakat pada kurun waktu tertentu, sehingga dapat dijadikan cermin pembanding terhadap kondisi serta dinamika sosial, budaya, dan politik masyarakat masa kini melalui karya sastra.
Novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi terdiri atas 46 mozaik (bab) yang dikemas dengan sangat baik. Alur ceritanya menarik dalam setiap mozaik maupun antarmozaik, menghibur, dan menggunakan bahasa yang mengalir serta mudah dipahami. Karena itu, pembaca tidak akan merasa bosan mengikuti kisah demi kisahnya.
Cerita dalam Negeri 5 Menara mengisahkan perjalanan seorang anak muda bernama Alif Fikri dari Kampung Bayur, Maninjau, Minangkabau, Sumatera Barat. Ia bercita-cita kuliah di UI, ITB, dan kemudian melanjutkan ke Jerman seperti B. J. Habibie. Namun, impian itu kandas karena amak-nya (ibunya) menginginkan Alif menempuh pendidikan di pesantren dan menjadi seperti Buya Hamka. Sang amak juga ingin mengubah pandangan masyarakat bahwa pesantren adalah tempat bagi siswa yang dianggap “tidak diinginkan”, dikucilkan, atau bermasalah dengan nilai akademisnya setelah lulus dari pendidikan sebelumnya.
Di Pondok Pesantren Madani, Ponorogo, Jawa Timur, Alif Fikri bertemu dengan lima santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia: Raja Lubis dari Medan, Said Jufri dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso Salahudin dari Gowa. Awalnya, Alif lebih sering menyendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai bersahabat dengan teman-teman sekamarnya: Baso, Atang, Said, Raja, dan Dulmajid. Mereka berenam sering berkumpul dan berdiskusi tentang apa saja di bawah menara masjid pesantren saat waktu luang. Karena itu, mereka menamakan kelompoknya Sahibul Menara. Sejak tahun pertama, mereka bercita-cita merantau ke negara-negara yang memiliki bangunan dan menara terkenal di dunia saat dewasa kelak.
Para Sahibul Menara banyak mendapatkan pelajaran hidup, terutama dari kata-kata motivasi guru mereka, Ustaz Salman: “Man jadda wajada” (siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil). Mereka pun tumbuh menjadi pribadi yang visioner dan bercita-cita besar. Dengan semangat dan kerja keras, Alif dan kawan-kawan berusaha mengejar impian masing-masing. Mereka memiliki ambisi untuk menaklukkan dunia — dari tanah Indonesia hingga Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika. Di bawah menara Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk mencapai cita-cita dan menjadi orang besar yang bermanfaat bagi banyak orang.
Negeri 5 Menara adalah novel yang sangat inspiratif dan layak dibaca oleh semua kalangan, terutama generasi muda. Novel ini mengajarkan pentingnya kerja keras, persahabatan, dan keyakinan pada diri sendiri. Selain itu, novel ini juga memberikan gambaran menarik tentang kehidupan di pesantren, yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Mengutip testimoni Kak Seto, Ketua Komnas Perlindungan Anak, yang tertulis dalam lampiran kumpulan endorsement novel ini: ““Membaca buku Negeri 5 Menara karangan Bung Ahmad Fuadi sungguh mengasyikkan. Kita semua diajak berkelana melihat cantiknya dunia dalam mimpi-mimpi indah yang dibalut dengan kerja keras dan semangat juang luar biasa! Bahwa mantra sakti man jadda wajada akan senantiasa memotivasi setiap anak, dan anak akan meraih kesuksesan di masa depan bila disertai kreativitas, ketabahan, dan kerendahhatian. Saya belajar banyak dari buku ini. Dan buku ini memang layak dibaca oleh siapa pun yang ingin maju dan sukses.” (“Innallah Maa’na”, Sidoarjo, Februari 2025)
Penulis: Ignatius Suhari, S.Pd., Guru SMP Santa Maria Surabaya

Memberi, Menerima, dan Meminta Maaf Judul Buku : Kekuatan MaafPengarang

The Compass: Filosofi Arete untuk Bahagia Sejati Judul Buku : The Compass, Filosofi Arete
Kampus Ursulin SurabayaJalan Raya Darmo 49 Surabaya – Jawa Timur
