Mengasuh Dengan Hati, Tantangan Yang Menyenangkan

Judul                  : Mengasuh Dengan Hati, Tantangan Yang Menyenangkan
Tahun terbit     : 2004
Pengarang        : Euis Sunarti   
Penerbit            : Elex Media Komputindo

Dalam novel “Mengasuh dengan Hati, Tantangan yang Menyenangkan”, ditegaskan bahwa mengasuh anak dengan penuh ekspresi cinta dan kasih sayang merupakan hal yang sangat penting. Cinta dan kasih sayang memang bukan segalanya, namun segala sesuatu yang berkaitan dengan pengasuhan anak akan kehilangan makna tanpa kehadiran cinta dan kasih sayang tersebut. Terlebih lagi, kasih sayang yang diberikan orang tua sejak awal kehidupan anak sangat berperan dalam mendukung perkembangan dan menjadi dasar pembentukan kepribadian anak.

Aspek-aspek pengasuhan lainnya, seperti yang berkaitan dengan kreativitas, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial, akan meningkat kualitasnya apabila dilandasi oleh pendekatan yang berpusat pada hati. Pengasuhan, sebagai proses merawat, memelihara, mengajarkan, dan membimbing anak, merupakan wujud nyata bagaimana orang tua membentuk dan membimbing anak agar mampu menjalani kehidupan dengan baik. Secara biologis, anak dilahirkan melalui orang tua, tetapi ia bukanlah milik orang tua. Anak adalah pribadi yang mandiri, memiliki pandangan dan pemikiran sendiri, serta memiliki garis hidup dan takdirnya sendiri.

Buku ini diawali dengan pemaparan bahwa keterampilan mengasuh pada sebagian besar orang tua masih merupakan kemampuan yang diperoleh secara tidak sengaja. Keterampilan ini biasanya terbentuk dari apa yang dilihat, didengar, atau diketahui seseorang secara kebetulan, padahal peran dan fungsinya sangat penting dalam membimbing seorang manusia muda untuk memahami dunia dan kehidupan.

Ketidakpahaman terhadap aspek dan dimensi pengasuhan anak masih sering terjadi. Salah satu contohnya adalah banyaknya orang tua yang mencari pembenaran dengan berpegang pada mitos bahwa kualitas pengasuhan lebih penting daripada kuantitasnya. Pada bab kedua, dijelaskan bahwa mencintai anak tidak memerlukan prasyarat. Cintailah anak apa adanya, tanpa syarat apa pun. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya, setiap anak yang lahir ke dunia dan mampu bertahan hidup di muka bumi ini, apa pun kondisinya dan dalam situasi apa pun, adalah seorang pemenang.

Penulis: Pisga Pizgi Raenescitas Sadiran, S.Pd., Guru SMP Santa Maria Surabaya