Laskar Pelangi

Judul Buku              : Laskar Pelangi
Penulis                      : Andrea Hirata
Penerbit                   : PT Bentang Pustaka
Tahun Terbit            : 2005
Jumlah Halaman   : 324 Halaman

Buku “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata telah menjadi fenomena dunia. Dua puluh tahun sejak terbit pertama kali, novel ini telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa dan diedarkan di lebih dari 140 negara. Ia tercatat sebagai karya sastra Indonesia pertama yang meraih predikat international bestseller.

Andrea Hirata, putra asli Belitung, menyoroti kesenjangan sosial dan ekonomi yang berdampak langsung pada kualitas pendidikan masyarakat miskin. Melalui kisah Ikal dan kesembilan sahabatnya yang dijuluki “Laskar Pelangi”, pembaca diajak menyaksikan bagaimana anak-anak dari keluarga buruh tambang dan kuli kopra berjuang keras menuntut ilmu di sekolah Muhammadiyah yang nyaris roboh.

Keseharian mereka penuh keterbatasan—seragam tak layak, alas kaki dari ban bekas, hingga buku seadanya. Namun semangat belajar mereka tak pernah padam. Didampingi dua guru penuh pengabdian, Pak Harfan dan Bu Mus, anak-anak Laskar Pelangi membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah.

Kontras sosial tergambar jelas antara kehidupan rakyat Belitung yang miskin dengan para pejabat PN Timah yang hidup mewah di kawasan elit “Gedong.” Dinding tinggi seakan menjadi pemisah nyata antara dunia kemewahan dan dunia kemiskinan. Namun, kesenjangan itu tak mampu memadamkan cita-cita anak-anak miskin untuk mengubah masa depan lewat pendidikan.

Salah satu bagian paling membekas adalah perjuangan Lintang, murid jenius yang setiap hari menempuh jarak 80 km dengan bersepeda hanya untuk bisa sekolah. Ada pula Mahar, si seniman kreatif, yang bersama Lintang membawa sekolah miskin mereka meraih piala pertama dalam lomba karnaval dan cerdas cermat, mengalahkan sekolah-sekolah unggulan. Kemenangan itu menjadi simbol bahwa semangat dan kecerdasan tidak ditentukan oleh status sosial.

Novel ini sarat pesan moral: pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, tanpa memandang kaya atau miskin. Andrea Hirata menegaskan bahwa keadilan pendidikan adalah fondasi bagi masa depan Indonesia. Jika kesenjangan dibiarkan, akan lahir generasi yang tertinggal dan terjebak dalam kemiskinan turun-temurun.

Melalui “Laskar Pelangi”, pembaca diajak untuk lebih bersyukur atas kesempatan belajar yang dimiliki, sekaligus tersentuh untuk peduli pada mereka yang kurang beruntung. Novel ini bukan sekadar kisah perjuangan anak-anak Belitung, tetapi juga cermin nyata tantangan pendidikan di Indonesia.

“Laskar Pelangi” bukan hanya sebuah novel inspiratif, tetapi juga suara perlawanan terhadap ketidakadilan pendidikan. Ia mengingatkan kita bahwa ilmu pengetahuan seharusnya menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih baik, bukan hak istimewa segelintir orang.

“Untuk Indonesia
Aku tak lagi menulis apa yang ingin kutulis, namun apa yang harus kutulis, untuk keadilan pendidikan Indonesia“

–Andrea Hirata–

Penulis: Sheryl Cathleen Condro, Siswa Kelas XII SMA Santa Maria Surabaya