Judul Buku : Burung-Burung Manyar Sebuah Roman
Penulis : Y.B. Mangunwijaya
Penerbit : Djambatan
Tahun Terbit : 2004
Jumlah Halaman : 319 Halaman

Buku berjudul “Burung-Burung Manyar: Sebuah Roman” merupakan salah satu karya besar Y. B. Mangunwijaya (Romo Mangun). Novel ini menghadirkan kisah yang sarat makna, penuh simbolisme, serta menyentuh isu sejarah dan pencarian jati diri manusia di tengah pergulatan ideologi.
Melalui tokoh utamanya, Romo Mangun mengisahkan bagaimana pilihan ideologi, pengalaman hidup, dan latar sejarah dapat membentuk karakter seseorang. Cerita juga menyinggung kehidupan tentara KNIL serta tokoh yang disebut sebagai “anak kolong”, yang sejak awal hidupnya sudah diwarnai dilema identitas dan loyalitas.
Simbol burung manyar yang diangkat dalam novel ini merefleksikan kehidupan yang tampak indah di permukaan, namun sesungguhnya rapuh dan kehilangan makna sejati. Dengan demikian, pembaca diajak untuk merenungi kembali arti kebangsaan, kepahlawanan, serta eksistensi manusia di tengah sejarah yang penuh luka dan pertarungan nilai.
Menariknya, novel ini menghadirkan perspektif yang jarang ditemukan dalam karya sastra Indonesia. Romo Mangun dengan berani menyajikan sudut pandang “pro-Belanda” melalui tokoh Seto, sehingga pembaca dapat memahami konflik batin seorang tokoh yang memilih loyal kepada Belanda pada masa revolusi. Melalui narasi yang jujur dan apik, Romo Mangun seolah menegaskan bahwa sejarah selalu memiliki lebih dari satu sisi, dan kebenaran tidak pernah bersifat tunggal.
Buku ini telah dicetak ulang hingga lebih dari 13 kali, membuktikan bahwa pesannya tetap relevan bagi generasi ke generasi. Pencetakan ulang tersebut menjadi upaya untuk membuka wawasan pembaca tentang berbagai kemungkinan cara pandang terhadap sejarah bangsa.
Apresiasi dan Tanggapan
Karya monumental ini telah banyak mendapatkan ulasan positif dari kritikus sastra, di antaranya:
- H.B. Jassin: “Pengarang memperlihatkan pengetahuan yang luas serta pemahaman mendalam tentang manusia. Bahasanya segar, gurih, kadang humoristis, kadang tajam mengiris. Novel ini penuh pengalaman dahsyat, keras, namun juga romantis dan lembut.”
- Jakob Sumardjo: “Nilai utama novel ini terletak pada keberanian pengarang menampilkan tokoh Indonesia yang anti-republik. Selain itu, informasi tentang kehidupan KNIL serta gaya humor Romo Mangun menjadi kekuatan tersendiri.”
- Parakitri (Harian Kompas): “Dengan bahasa khas Mangunwijaya yang padat makna, novel ini penuh sindiran dan pengungkapan jati diri manusia, ditutup dengan kesimpulan yang kaya makna.”
- Subagio Sastrowardoyo (Tempo): “Karya sastra besar selalu memberi makna bagi kehidupan kita. Burung-Burung Manyar sanggup menghadirkan makna itu.”
- Mariane Katopo (Sinar Harapan): “Novel ini menarik bukan hanya karena gaya penceritaan yang khas, tetapi juga karena membuka kembali lembaran sejarah dengan sudut pandang yang jarang ditemukan.”
- Th. Sri Rahayu Prihatmi (Universitas Diponegoro): “Roman ini kaya, dalam, dan menarik. Cara pengarang menghadirkan tokoh-tokohnya begitu cermat dan penuh perhitungan.”
Penutup
Sebagai salah satu karya sastra terbaik Indonesia, Burung-Burung Manyar bukan hanya menghadirkan cerita yang kuat, tetapi juga membuka ruang refleksi tentang sejarah, nasionalisme, dan kemanusiaan. Membaca karya Romo Mangun ini membuat kita sadar bahwa sejarah tidak hanya milik para pemenang, tetapi juga tercermin dari pergulatan batin mereka yang memilih jalan berbeda.
Penulis: Florencia Adelyn Tetimau, Siswa Kelas XII SMA Santa Maria Surabaya