86

Judul                   : 86
Penulis               : Okky Puspa Madasari
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : 2021
Halaman            : 256 Halaman

Sinopsis
Apa yang bisa dibanggakan dari seorang pegawai rendahan di pengadilan? Gaji bulanan, seragam kerja, atau uang pensiun? Arimbi, seorang juru ketik di pengadilan negeri, menjadi kebanggaan orang tua dan masyarakat desanya. Ia adalah generasi dari keluarga petani yang berhasil menjadi pegawai negeri—bekerja mengenakan seragam setiap hari, menerima gaji tetap setiap bulan, dan dijamin uang pensiun di masa tua. Arimbi juga menjadi tumpuan harapan banyak orang, tempat mereka menitipkan pesan dan keinginan. Bagi mereka, tak ada yang mustahil jika ditangani oleh pegawai pengadilan. Dari seorang pegawai yang polos dan minim pengetahuan, Arimbi lambat laun terseret menjadi bagian dari sistem yang tak lagi mengenal malu. Segala hal dianggap wajar jika dilakukan banyak orang. Tak ada lagi yang ditakuti ketika semua telah dianggap biasa. Pokoknya, 86!

Isi Novel
Arimbi adalah seorang wanita muda asal desa yang merantau ke Jakarta. Ia bekerja sebagai juru ketik dan tukang fotokopi di sebuah kantor pengadilan. Ia tinggal di kamar sewaan sempit di kawasan kumuh yang dikenal sebagai “Gang Tua”. Meskipun kedua orang tuanya merasa bangga karena Arimbi bekerja di kantor pemerintah, kenyataan hidup di ibu kota sangat berbeda dari impiannya di masa kecil—monoton, sepi, dan penuh tekanan.

Sebagai anak desa yang merantau ke Jakarta, Arimbi menjalani hidup yang serba pas-pasan. Ia tinggal di gang sempit dengan kontrakan kecil dan menjalani hari-hari yang nyaris tanpa arah. Pekerjaannya sebagai juru ketik dan tukang fotokopi di kantor pengadilan membuat kedua orang tuanya bangga, karena berbeda jauh dari pekerjaan mereka sebagai petani. Namun, lambat laun Arimbi menyaksikan sisi kelam dunia hukum. Banyak perkara diselesaikan bukan atas dasar keadilan, melainkan karena “uang pelicin”. Suap dan kompromi menjadi hal yang lumrah—itulah yang disebut “86”, istilah untuk kasus yang “beres” karena telah dibayar.

Arimbi menikah dengan Ananta, seorang sales motor. Bersama, mereka berusaha hidup hemat dan mandiri. Namun tekanan ekonomi terus meningkat. Arimbi mulai menerima “bonus” dari pengacara agar perkaranya diprioritaskan. Ananta pun akhirnya ikut terlibat sebagai perantara untuk mengantar “titipan” ke dalam penjara, mulai dari makanan, rokok, hingga ponsel. Saat Arimbi hamil, kebutuhan hidup semakin bertambah. Mereka makin terjerat dalam lingkaran yang semula hanya “pekerjaan tambahan”, tapi kini sudah menjadi rutinitas. Amplop-amplop titipan datang lebih sering. Sementara itu, Ananta makin dalam terlibat dalam praktik ilegal di dalam penjara.Meskipun mereka sadar bahwa jalan yang ditempuh keliru, rasa bersalah yang muncul tak mampu mendorong mereka keluar. Mereka sudah bergantung pada uang kotor itu.

Akhirnya, Arimbi dan Ananta tidak benar-benar bisa lepas dari lingkaran sistem yang korup. Mereka menjalani hidup dengan segala kompromi dan tekanan, tanpa akhir bahagia atau keadilan yang utuh. Mereka hanyalah pion kecil dalam sistem yang kotor—dipaksa memilih: ikut arus atau tenggelam.

Refleksi
Setelah membaca buku ini, saya merasa sedikit hampa dan turut bersimpati terhadap karakter-karakternya. Buku ini menyadarkan saya bahwa ketika kita terbawa arus lingkungan yang buruk, akan sangat sulit untuk keluar. Banyak pihak yang merasa diuntungkan oleh sistem yang korup dan tidak ingin perannya terganggu.

Dalam kehidupan saya sebagai pelajar, hal ini bisa tercermin saat berada dalam lingkungan yang cenderung hedonis atau malas. Jika kita tidak mengikuti arus tersebut, kita bisa tersisihkan atau bahkan dimanfaatkan. Dari kisah Arimbi, saya belajar pentingnya selektif dalam memilih lingkungan. Jika lingkungan tidak mendukung pertumbuhan yang baik, maka kita harus kuat secara mental, pandai mengendalikan diri, dan bijak dalam bergaul.

Penulis: Rafaelyne Anselmely Vanessa Putriwardita, Siswa Kelas XI SMA Santa Maria Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Out

Popular Posts

Filsafat

The Analects

The Analects Judul Buku              : The AnalectsPengarang              :

Read More »