
Namaku Alam
Judul : Namaku Alam
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun Terbit : September 2023
Halaman : 438 halaman
ISBN : 978-623-134-082-5
Genre : Fiksi Sejarah, Drama Psikologis
“Namaku Alam” adalah novel karya Leila S. Chudori, seorang penulis kawakan Indonesia yang dikenal karena konsistensinya dalam mengangkat tema sejarah dan kemanusiaan. Buku ini mengisahkan perjalanan hidup Segara Alam, putra dari seorang eksil politik yang harus menanggung beban sejarah keluarganya—beban yang tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga sosial dan politik.
Alam tumbuh dalam bayang-bayang masa lalu yang kelam. Dengan daya ingat fotografisnya, ia tidak bisa melupakan berbagai peristiwa menyakitkan, termasuk stigma dan penolakan yang datang dari masyarakat sekitar. Melalui karakter Alam, pembaca diajak menyelami bagaimana trauma kolektif dan luka sejarah, khususnya tragedi 30 September 1965, diwariskan secara emosional kepada generasi berikutnya. Novel ini tidak hanya mengangkat kisah keluarga, tetapi juga refleksi mendalam tentang pencarian identitas, keberanian menghadapi masa lalu, serta pentingnya empati dalam menghadapi ketidakadilan sosial.
Unsur Menarik
1. Perspektif Anak terhadap Sejarah
Leila menghadirkan sudut pandang yang segar dan menyentuh: melihat tragedi sejarah nasional melalui mata seorang anak. Segara Alam tumbuh dengan luka yang bukan berasal dari pengalamannya langsung, tetapi dari warisan emosional orang tuanya. Ini menjadikan narasi terasa manusiawi dan sangat relevan.
2. Karakterisasi yang Kuat dan Emosional
Tokoh Alam digambarkan sebagai anak yang cerdas, sensitif, dan memiliki ingatan yang tajam. Karakteristik ini memperdalam konflik batin yang dialaminya dan membangun kedekatan emosional dengan pembaca.
3. Warisan Trauma dan Ingatan Kolektif
Novel ini menekankan bahwa sejarah bukan hanya rangkaian peristiwa, tetapi juga luka batin yang hidup dalam diri anak-anak generasi setelahnya. Leila menyoroti bagaimana ketidakhadiran narasi terbuka mengenai masa lalu dapat melahirkan trauma baru dalam bentuk ketidakmengertian dan kebingungan identitas.
4. Kritik Sosial yang Lembut namun Mengena
Tanpa terkesan menggurui, “Namaku Alam” menyuarakan kritik terhadap sistem sosial-politik yang menstigmatisasi keturunan eks-tapol. Leila menunjukkan betapa sulitnya menjalani hidup dengan label sosial tertentu yang diwariskan secara turun-temurun.
5. Kekuatan Cerita Keluarga dalam Latar Sejarah
Meski bertema berat, inti cerita tetap berpijak pada relasi manusia: hubungan anak dan orang tua, cinta pertama, dan perjuangan memahami diri. Hal ini membuat kisah tetap hangat dan dekat di hati pembaca.
Insight & Relevansi
“Namaku Alam” menyuguhkan pemahaman bahwa trauma dan luka sejarah tidak berhenti pada generasi yang mengalaminya langsung, melainkan dapat diwariskan kepada anak cucu melalui emosi, narasi yang disimpan, dan stigma sosial. Hal ini sangat relevan dengan realitas banyak generasi muda saat ini, yang masih bergulat dengan persoalan masa lalu keluarga atau masyarakatnya—baik disadari maupun tidak.
Banyak orang muda kini merasa ada bagian dari dirinya yang belum selesai karena sejarah keluarga atau pengalaman masa kecil yang tak pernah benar-benar dibahas atau disembuhkan. Novel ini mengajak pembaca untuk tidak terus-menerus lari dari masa lalu, tetapi menghadapinya, memahaminya, dan menjadikannya pijakan untuk pertumbuhan pribadi yang lebih utuh.
Pesan Moral
Pesan utama novel ini adalah tentang keberanian untuk menghadapi dan memahami masa lalu. Tokoh Segara Alam mengajarkan bahwa mengenali akar sejarah diri, meski menyakitkan, adalah langkah penting untuk berdamai dengan diri sendiri. Leila juga menunjukkan betapa pentingnya dukungan keluarga, empati, dan keteguhan hati dalam menghadapi diskriminasi dan penolakan.
Di balik luka dan kehilangan, terdapat kekuatan yang muncul dari keberanian untuk menyuarakan kebenaran. Melalui kisah Alam, pembaca diajak untuk tidak membiarkan sejarah terkubur dalam diam, tetapi mencatatnya, menyuarakannya, dan menggunakannya sebagai kekuatan untuk menyembuhkan.
Kesimpulan
“Namaku Alam” adalah novel yang kaya akan lapisan emosi, sejarah, dan makna sosial. Leila S. Chudori berhasil mengangkat tema besar dengan pendekatan yang personal dan menyentuh. Novel ini layak dibaca oleh siapa saja yang ingin memahami bahwa sejarah tidak hanya ada di buku pelajaran, tetapi hidup di antara kita—dalam keluarga, dalam kenangan, dan dalam pencarian jati diri. Sebuah karya yang tidak hanya mengajak untuk mengenang, tetapi juga untuk menyembuhkan.
Penulis: Shannon Rosalina Tobing, Siswa Kelas XII SMA Santa Maria Surabaya
Recent Comments
Check Out
Popular Posts

MENGASUH DENGAN HATI, TANTANGAN YANG MENYENANGKAN
Mengasuh Dengan Hati, Tantangan Yang Menyenangkan Judul : Mengasuh Dengan Hati, Tantangan

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Judul Buku : Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Penulis
Kampus Ursulin Surabaya
Jalan Raya Darmo 49 Surabaya – Jawa Timur